Kuansing, Riau - Tradisi Manjopuik Limau (Menjemput Jeruk) dengan Perahu Baghanduang (Perahu digandeng dua atau tiga), merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat Kenegerian Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.
Tradisi ini telah dikenal lebih dari 100 tahun (satu abad), yang masih tetap lestari sampai saat sekarang ini.Tradisi Manjopuik Limau merupakan kegiatan pemuda Desa dengan Perahu Baghanduang. Dalam pembuatan Perahu dibutuhkan waktu lebih kurang satu minggu, yang dilakukan secara gotong royong oleh para pemuda.
Setelah Perahu selesai, maka pada tengah malam (pukul 00.00 Wib) Idul Fitri, rombongan pemuda menuju ke hulu sungai Batang Kuantan, dengan tujuan Desa tempat tambatan hati pemuda tersebut.
Namun Perahu yang dipergunakan oleh rombongan pemuda ke rumah seorang gadis (pujaan hatinya), merupakan Perahu yang telah dihiasi dengan Tanduk kerbau sebagai simbol masyarakatnya sebagai peternak.
" Perahu Baghanduang ini dihiasi sedemikian rupa, yang terdiri dari Tanduk kerbau (1 buah), Labu Air (1 buah), Ani-Ani (1 buah), Payung (5 buah), Cermin (3-5 buah), Lambang Bulan Bintang (1 buah) dan hiasan lainnya, " ungkap salah satu tokoh pemuda Desa Kinali Iqbal (21).
Kemudian ada ani-ani dan labu air simbol masyarakatnya hidup dalam pertanian, Kubah dan Bulan Bintang sebagai simbol sebagai umat Islam, Cermin sebagai simbol penerangan, dan Payung (5 buah) sebagai simbol ada Ninik Mamak.
Baca juga:
Bupati Rohil Suyatno Petik Buah Semangka
|
" Payung ini sebagai tempat berlindung dan berteduh, melambangkan masyarakat yang dinaungi dan dipimpin oleh raja dan empat penghulunya, " ujarnya.
Sesampainya rombongan di rumah si gadis, maka rombongan pemuda akan disambut oleh para Ninik Mamak keluarga si gadis, dengan petatah petitih. Dilanjutkan makan bersama dan setelah makan, maka pihak laki-laki menyerahkan carano (didalamnya tersedia jeruk) kepada keluarga si gadis, untuk dipergunakan untuk mandi balimau di pagi hari Raya Idul Fitri.
Perayaan Takbiran Idul Fitri 1443 Hijriyah di Kabupaten Kuantan Singingi, berlangsung meriah karena Gema takbir berkumandang, baik melalui Mesjid, Mushalla dan Surau. Bahkan juga ada pawai takbir, secara berkeliling dengan berjalan kaki sepanjang 3-5 kilometer. (Replizar)***